gambar

Blog Archives

Twitter Sufisme News

Sabtu, 19 Maret 2011

PENGARUH TASAWUF DALAM PERKEMBANGAN ISLAM

Tasawuf memiliki pengaruh cukup kuat di dalam disiplin ilmu Islam lainnya. Ia merupakan bibit keharuman dalam Islam. Sebab menjadi inti cahaya (Nur)Muhammad, merupakan pengajaran jiwa dan ruhaninya. Ia juga memiliki andil cukup besar dalam mengungkap makna-makna Al-Quran dan hadis Nabi.

Di dalam pengetahuan Islam sendiri, tasawuf merupakan kekuatan yang besar meski harus menghadapi serangan bertubi-bertubi dari sayap kanan dan kiri. Tasawuf merupakan khazanah besar sepanjang penggalian pengetahuan alam.

Bisa dikatakan tasawuf telah berhasil mementahkan filsafat materialisme yang melanda dan menyerang dunia timur. Menghentikan gelombang kekufuran, paham-paham sesat yang telah menggenangi alam Islam semenjak kemunculannya.

Tasawauf telah berhasil menyumbangkan andilnya yang tidak sedikit dalam perluasan Islam. Ia ikut menaklukan bangsa-bangsa yang yang selama ini masih belum tersentuh Islam (hal ini memang diperlukan dalam periode Islam pertama, karena-ketika itu-obyek dakwah masih asing melihat Islam, dan cenderung memusuhinya, ed...), atau belum dapat dibangunnya sentral dakwah di tengah-tengah mereka. Lambat laun kaum sufi berhasil menembus jantung Afrika, dataran Asia dan hampir merata di kepulauan teduh. Merekalah yang berhasil menempatkan Islam di hati umat manusia, dengan kelemahlembutan dan kasih sayang yang mereka kedepankan kepadanya. Merekalah yang berdiri di hadapan umat, mengobati kebobrokan mental, dan meringankan bencana hidup, serta menyelamatkan anak manusia dari jurang kesesatan dan kebimbangan. Mereka berani menghadapi para khalifah, juga para pejabat pemerintah, guna menegakkan keadilan di antara para pemimpin tersebut.

Dalam buku filsafat Islam, Edward Ross mengatakan,"Munculya kelompok sufi yang menyebar di dalam Islam, adalah karena adanya pemahaman hubungan rindu yang kuat dengan Tuhan yang Pengasih dan Penyayang, yang mengalirkan cinta."

Tanggapan yang tepat. Karena tasawuf merupakan media yang mengajarkan kepada manusia tentang cinta, menunjukkan hati akan adanya rindu, serta setia kepada Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Adalah suatu yang ganjil apabila melupakan budaya tasawuf yang nyata-nyata mempersembahkan nilai positif yang tinggi. Tasawuf merupakan pengisi sisi kosong kalbu muslim, mengajarkan cinta, membentangkan kemurnian, dan melarutkan kesucian dalam kehidupan.

Tasawuf benar-benar berhasil mendirikan perguruan tinggi di jantung dunia Islam beratus tahun sebelum berdirinya perguruan lainnya. Dengan demikian, madrasah atau perguruan-perguruan milik para tokoh tasawuf dan pengikutnya menjadi madrasah atau perguruan percontohan yang bergerak sendiri di planit bumi. Ia merupakan akademi ilmiah dimana para gurunya menerima cahaya dari Allah. Mereka terbangkan hati ke langit cinta. Di dalam akademi tersebut juga mereka tuangkan ilmu kepada para pengikut yang sekaligus sebagai muridnya. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa, metode pendidikan mental dan akhlak masing-masing para tokoh sufi dan pengikutnya di sekolah tinggi mereka itu, menjadi metode pendidikan tertinggi di dunia. Sebab, pendidikan mereka mempunyai tujuan yang paling terpuji, semenjak terbentuknya belajar mengajar antara guru dan anak didiknya.

Para penyair tasawuf telah berjasa dalam mengangkat prosa sebagai salah satu bentuk di antara disiplin ilmu yang ada. Prosa-prosa karya mereka menjadi senjata di dalam aktifitas dakwah, memperbaiki warna kehidupan, serta sedikit demi sedikit meredam kebrutalan (vandalisme) dan kebiadaban serta setiap gerak yang mengarah kepada prilaku amoral.

Khazanah tasawuf dalam bentuk prosa merupakan satu kebanggaan tersendiri, yang pena-pena lain tiada mampu menyainginya, karena karya-karya mereka benar-benar cemerlang, mencakup seluruh arah hasil karya penulis prosa lainnya.

Penulis cerita misalnya, banyak mengambil materi dari kehidupan Rabiah al-Adawiyah. Sudah lima puluh lebih buku cerita mengupas tentangnya. Juga hikayat Hallaj dan kematiannya. Petualangan Muhyiddin Ibnu Arabi. Perubahan drastis yang terjadi pada diri Ibrahim bin Adham, dari seorang yang serakah dunia dengan segala macam hobi negatifnya, menjadi tokoh iman dan amal salih.

Pelajar ilmu jiwa dan sosial telah menemukan perilaku sempurna pada diri al-Jilani ad-Dasuqi dan Al-Busthami. Yang menentukan taat dan maksiat, keluar dari satu sumber dalam bentuk yang berbeda. Dia juga menentukan risalah cinta bagi setiap yang hidup, bahkan juga terhadap benda-benda mati.

Tidakkah pada benda-benda mati itu terdapat kehidupan? Tidakkah benda-benda mati itu juga memuji dan menyucikan Tuhannya? Tidakkah bebatuan juga ada rasa takut terhadap Allah?

Pada Ibnu al-Farid, Al-Junaid, Dzunnun dan orang-orang yang meneladaninya, terdapat tentang iman, suka cita makrifat dan mabuk kepayang cinta.

Tasawuf adalah dunia sempurna. Di dalamnya terdapat ilmu, akhlak, pengetahuan, filsafat, fiqh, usul, kisah-kisah serta segala macam yang diperlukan pada pendalaman ilmu, budi pekerti, kabahagiaan, kelezatan, ketentraman, kebahagiaan yang harum. Darinya mengalir cinta dan sukacita.

Tasawuf adalah tata krama kesopanan yang tinggi lagi sempurna. Ilmu yang tidak memendam keraguan, bahkan menjadi cahaya petunjuk, taat dan iman.

Pernah Abu Muhammad bin Yahya mendengarkan perbincangan orang -orang sufi, dia lantas keluar dari forum seraya berbisik, "Kata-kata mereka itu datang dari Allah. Ada unsur paksaan dari Dzat yang tiada pernah berbohong."

Perhatikan salah satu goresan Hasan al-Bashri di bawah ini:

"... Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memiliki hamba-hamba. Sebagaimana orang yang melihat ahli surga, kekal di dalamnya, atau orang melihat ahli nereka, yang juga kekal di dalamnya. Hati mereka sedih, perilaku jahat mereka aman terkendali, kebutuhan mereka ringan, jiwa mereka bersih, bersabar pada sejumlah hari yang pendek, kemudian disusul kelegaan yang panjang. Adapun malam hari, adalah saat-saat mengheningkancipta, air mata meleleh membasahi pipi, sambil berdoa kepada Allah "Ya Tuhan ... Ya ... Tuhan." Sedang di siang hari, mereka dalah orang-orang arif yang alim. Orang-orang yang suci lagi bersih seperti kuncup bunga. Orang menyangka mereka sedang sakit, meski mereka sebenarnya tidak sakit. Atau menganggap pikiran mereka sedang kacau. Benar, mereka memang sedang kacau. Kacau oleh cintanya kepada Tuhan dan mengingat akhirat. Dan hal itu adalah luhur."
(Hasan al-Bashri)

Silahkan Baca Juga Artikel yang Terkait:

Comments :

1

Izin share

Abu Syahrin mengatakan...
on 

Posting Komentar

LANGGANAN ARTIKEL

sufisme

Masukkan Email Anda dan Anda akan mendapatkan artikel terbaru dari sufisme news langsung di email Anda

 

Baner Links