KESUNGGUHAN KAMU UNTUK MEMPEROLEH APA YANG TELAH DIJAMIN UNTUK KAMU, DI SAMPING TIDAK KESERIUSAN KAMU TERHADAP KWAJIBAN YANG DIPERINTAHKAN, ITU MENUNJUKKAN BUTA MATA HATI.
Hikmah 5 ini merupakan lanjutan dar Hikmah yang lalu. Imam Ibnu Athaillah menceritakan dampak dari hijab nafsu dan hijab akal yang menutup hati dari melihat kepada takdir yang menjadi ketentuan Allah s.w.t. Ada tiga perkara yang dikemukakan untuk direnungi:
Hikmah 5 ini merupakan lanjutan dar Hikmah yang lalu. Imam Ibnu Athaillah menceritakan dampak dari hijab nafsu dan hijab akal yang menutup hati dari melihat kepada takdir yang menjadi ketentuan Allah s.w.t. Ada tiga perkara yang dikemukakan untuk direnungi:
- Jaminan Allah s.w.t.
- Kewajiban hamba
- Mata hati yang mengenal jaminan Allah s.w.t dan kewajiban hamba.
Penyingkapan rahasia mata hati adalah penting untuk memahami Kalam Hikmah di atas.
Mata hati ialah mata bagi hati atau bisa juga disebut pengenalan yang dimiliki oleh hati. Kadang-kadang mata hati ini dipanggil sebagai mata batin. Istilah ‘mata batin’ digunakan untuk membedakan dengan mata yang lahir, yaitu yang dimiliki oleh diri lahir. Diri lahir terbentuk dari daging, darah, tulang, sumsum, rambut, kulit dan lain-lain. Diri lahir ini bisa untuk melihat, mendengar, mencium, merasa dan menyentuh. Diri lahir memperoleh kehidupan dari perjalanan darah ke seluruh tubuhnya dan aliran nyawa dalam bentuk udara atau gas yang keluar masuk melalui hidung dan mulut. Jika darahnya dikeringkan atau dibekukan ataupun jika aliran udara yang keluar masuk itu diputus, maka diri lahir akan mengalami satu keadaan di mana semua bagian terhenti tak berfungsi dan ia dinamakan mati.
Mata hati ialah mata bagi hati atau bisa juga disebut pengenalan yang dimiliki oleh hati. Kadang-kadang mata hati ini dipanggil sebagai mata batin. Istilah ‘mata batin’ digunakan untuk membedakan dengan mata yang lahir, yaitu yang dimiliki oleh diri lahir. Diri lahir terbentuk dari daging, darah, tulang, sumsum, rambut, kulit dan lain-lain. Diri lahir ini bisa untuk melihat, mendengar, mencium, merasa dan menyentuh. Diri lahir memperoleh kehidupan dari perjalanan darah ke seluruh tubuhnya dan aliran nyawa dalam bentuk udara atau gas yang keluar masuk melalui hidung dan mulut. Jika darahnya dikeringkan atau dibekukan ataupun jika aliran udara yang keluar masuk itu diputus, maka diri lahir akan mengalami satu keadaan di mana semua bagian terhenti tak berfungsi dan ia dinamakan mati.
Diri batin juga mempunyai susunan yang sama seperti diri lahir, tetapi dalam keadaan ghaib. Ia juga mempunyai tubuh yang dipanggil kalbu atau hati. Hati yang dimaksudkan bukanlah segumpal daging yang berada di dalam tubuh. Ia merupakan hati rohani atau hati seni. Ia bukan kejadian alam kasar, sebab itu ia tidak dapat dilihat oleh pancaindera lahir. Ia termasuk di dalam perkara- perkara ghaib yang diistilahkan sebagai Latifah Rabbaniah atau hal yang menjadi rahasia ketuhanan. Apabila di dalam keadaan suci bersih ia dapat mendekati Tuhan. Ia juga yang menjadi bisikan Tuhan. Hati seni ini juga memiliki nyawa yang dibahasakan sebagai roh. Roh juga termasuk di dalam golongan Latifah Rabbaniah. Ia adalah urusan Tuhan dan manusia hanya mempunyai sedikit pengetahuan mengenainya.
وَيَسـَٔلونَكَ عَنِ الرّوحِ ۖ قُلِ الرّوحُ مِن أَمرِ رَبّى وَما أوتيتُم مِنَ العِلمِ إِلّا قَليلًا
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: ""Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit" (Al-Isra': 85)
Tubuh atau hati juga mempunyai sifat yang berkemampuan mencetuskan pemahaman dan pengetahuan. Ia dipanggil akal yang juga termasuk di dalam golongan Latifah Rabbaniah yang tidak mampu diuraikan. Akal jenis ini berguna bagi pengajaran tentang ketuhanan. Tubuh lahir mempunyai kemampuan untuk mengenal perkara lahiriah. Kemampuan tersebut dipanggil penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan penyentuha, dan alat-alat yang bersangkutan ialah mata, telinga, hidung, lidah, tangan dan lain-lain.
Tubuh atau diri batin juga mempunyai kemampuan untuk mengenal perkara ghaib dan kemampuan ini dinamakan basirah atau mata hati. Ia berbeda dari sifat melihat yang dimiliki oleh mata lahir. Mata lahir melihat perkara lahir dan mata hati syuhud atau menyaksikan kepada yang ghaib.
Apa yang ada di sekeliling kita boleh dilihat melalui dua aspek iaitu yang nyata dilihat dengan mata lahir dan yang ghaib dilihat dengan mata hati. Jika kita ambil satu kantong gula, mata kasar melihat sejenis pasir berwarna putih. Bila diletakkan pada lidah terasalah manisnya. Ketika menikmati kemanisan itu kita seolah-olah memandang jauh kepada sesuatu yang tidak ada di hadapan mata. Kelakuan merenung jauh itu sebenarnya adalah terjemahan kepada perbuatan mata hati memandang kepada hakikat gula yaitu manis.
Bagaimana rupa manis tidak dapat diceritakan tetapi mata hati yang melihat kepadanya mengenal bahwa gula adalah manis. Jika mata lahir melihat sebilah pedang, maka mata hati akan melihat pada tajamnya. Jika mata lahir melihat kepada cabe, mata hati melihat kepada pedasnya. Jadi, mata lahir mengenal dan membedakan rupa yang lahir, sementara mata hati mengenal dan membedakan hakikat kepada yang lahir. Mata hati yang hanya berfungsi mengenal manis, tajam, pedas dan lain-lain, masih dianggap sebagai mata hati yang buta. Mata hati hanya dianggap tidak buta, jika ia mampu melihat urusan ketuhanan di balik yang nyata dan yang tidak nyata.
Kekuatan penglihatan mata hati bergantung kepada kekuatan hati itu sendiri. Semakin bersih dan suci hati,maka bertambah teranglah mata hati. Jika ia cukup terang ia bukan saja mampu melihat kepada yang tersembunyi di balik rupa yang lahir di sekeliling kita, malah ia mampu melihat atau syuhud apa yang di luar dari dunia. Dunia adalah segala sesuatu yang berada di dalam bulatan langit yang pertama atau langit dunia atau langit rendah. Langit rendah ini merupakan dunia. Setelah alamdunia dinamakan Alam Barzakh. Meninggal dunia membawa maksud roh yang rumahnya yaitu jasad telah tidak cocok lagi didiaminya atau dipanggil sebagai mengalami kematian, dibawa keluar dari alam dunia dan ditempatkan di dalam Alam Barzakh.
Fungsi mata hati ialah melihat yang hakiki. Mata hati yang mampu melihat dunia secara keseluruhan sebagai satu wujud akan mengenali apa yang hakiki tentang dunia itu. Oleh sebab penyaksian mata hati bersifat tidak dapat dinyatakan secara terang, maka ia memerlukan ibarat untuk mendatangkan kefahaman. Ibarat yang biasa digunakan bagi menceritakan tentang hakikat dunia ialah:
“Dunia adalah seorang perempuan yang sangat tua dan sangat bodoh. Tubuhnya kotor dan berpenyakit, menanah di sana sini dan ada bagiannya yang sudah dimakan ulat ”.
Begitulah lebih kurang perasaan orang yang melihat kepada hakikat dunia dengan mata hatinya. Bagaimana rupa hakikat yang menyebabkan timbul perasaan dan ibarat yang demikian tidak dapat diuraikan.
Mata hati yang lebih kuat mampu pula menyaksikan Alam Barzakh dan mengenali satu lagi hakikat yang dinamakan keabadian, yaitu sifat hari akhirat. Kematian membinasakan jasad dan kiamat membinasakan alam seluruhnya, tetapi tidak membinasakan Roh yang padanya tergantung kitab amalan masing-masing. Ahli maksiat tidak dapat diselamatkan oleh kematian dan kiamat. Ahli taat yang tidak mendapat ganjaran yang setimpal di dunia tidak binasa ketaatannya oleh kematian dan kiamat. Tanggungjawab seseorang hamba akan terus dipikulnya setelah kematian, Alam Barzakh, kiamat, Padang Mahsyar dan seterusnya menghadapi Pemerintah hari pembalasan. Tanggungjawab itu hanya gugur setelah Hakim Yang Maha Bijaksana dan Maha Adil lagi Maha Mengetahui serta Maha Perkasa menjatuhkan hukuman. Inilah hakikat yang ditemui oleh mata hati yang menyelami Alam Barzakh, bukan melihat roh orang mati di dalam kubur.
Mata hati yang lebih kuat mampu pula menyaksikan Alam Barzakh dan mengenali satu lagi hakikat yang dinamakan keabadian, yaitu sifat hari akhirat. Kematian membinasakan jasad dan kiamat membinasakan alam seluruhnya, tetapi tidak membinasakan Roh yang padanya tergantung kitab amalan masing-masing. Ahli maksiat tidak dapat diselamatkan oleh kematian dan kiamat. Ahli taat yang tidak mendapat ganjaran yang setimpal di dunia tidak binasa ketaatannya oleh kematian dan kiamat. Tanggungjawab seseorang hamba akan terus dipikulnya setelah kematian, Alam Barzakh, kiamat, Padang Mahsyar dan seterusnya menghadapi Pemerintah hari pembalasan. Tanggungjawab itu hanya gugur setelah Hakim Yang Maha Bijaksana dan Maha Adil lagi Maha Mengetahui serta Maha Perkasa menjatuhkan hukuman. Inilah hakikat yang ditemui oleh mata hati yang menyelami Alam Barzakh, bukan melihat roh orang mati di dalam kubur.
Mata hati berfungsi mengenal perkara yang ghaib. Makrifat atau pengenalan kepada keabadian atau hari akhirat akan melahirkan kesungguhan pada menjalankan amanat Allah s.w.t yaitu mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Amanat itu akan terus dibawa oleh para hamba untuk diserahkan kembali kepada Allah s.w.t yang meletakkan amanat tersebut kepada mereka. Makrifat mata hati yang demikian melahirkan sifat takwa dan beramal salih. Apabila takwa dan amal salih menjadi sifat seorang hamba maka masuklah hamba itu ke dalam jaminan Allah s.w.t.
هُوَ الَّذى يُريكُم ءايٰتِهِ وَيُنَزِّلُ لَكُم مِنَ السَّماءِ رِزقًا ۚ وَما يَتَذَكَّرُ إِلّا مَن يُنيبُ
Dia-lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan) -Nya dan menurunkan untukmu rezeki dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah).Q.S.Al-Ghafir: 13
Allah s.w.t berfirman dalam Hadis Qudsi:
Hamba-Ku, taatilah semua perintah-Ku, jangan mengajari Aku tentang hal yang baik untukmu.
Allah s.w.t sebagai Tuhan, Tuan atau Majikan tidak sekali-kali mengabaikan tanggungjawab-Nya untuk memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya, sementara hamba-hamba pula berkewajiban mentaati Tuan mereka. Rezeki telah dijamin oleh Allah s.w.t dan untuk mendapatkan rezeki tersebut seseorang hamba hanya perlu bertindak sesuai dengan derajatnya. Jika dia seorang ahli asbab maka bekerjalah ke arah rezekinya dan jangan iri hati terhadap rezeki yang dikaruniakan kepada orang lain. Jika dia ahli tajrid maka bertawakallah kepada Allah s.w.t dan jangan gusar jika terjadi kelewatan atau kekurangan dalam urusan rezeki.
Walau dalam makam manapun seseorang hamba itu berada dia mesti melakukan kewajiban yaitu bersungguh-sungguh mentaati Allah s.w.t dengan mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Hamba yang terbuka mata hatinya akan percaya dengan yakin terhadap jaminan Allah s.w.t dan tidak melalaikan kewajibannya. Hamba ini akan melipat-gandakan kegiatan dan kerajinannya untuk bertakwa dan beramal salih tanpa mencurigai jaminan Allah s.w.t tentang rezekinya.
Hamba yang buta mata hatinya akan berbuat yang berlawanan yaitu dia tekun dan rajin di dalam mencari rezeki yang dijamin oleh Allah s.w.t tetapi dia lalei tanggungjawab yang diamanatkan oleh Allah s.w.t. Orang ini akan menggunakan daya usaha yang banyak untuk memperoleh rezeki yang bisa didapati dengan daya usaha yang sederhana, tetapi menggunakan daya usaha yang sedikit dengan harapan untuk mendapatkan sesuatu yang tidak mungkin didapati kecuali dengan daya usaha yang gigih dan perjuangan yang hebat yaitu pahala-pahala bagi amal salih.
Mata hati melihat kepada yang haq dalam keghaiban. Nafsu yang hanya cenderung dengan kebendaan yang nyata, menutupi yang haq itu dan akal mengadakan hujah untuk menguatkan keraguan yang tumbuh pada nafsu. Perkara ghaib disaksikan dengan keyakinan. Jika nafsu dan akal bersepakat mengadakan keraguan, kebenaran yang ghaib akan terhijab. Orang yang mencari kebenaran tetapi gagal menundukkan nafsu dan akalnya akan berputar-putar di tempat yang sama. Keyakinan dan keraguan senantiasa berperang dalam jiwanya.
Walau dalam makam manapun seseorang hamba itu berada dia mesti melakukan kewajiban yaitu bersungguh-sungguh mentaati Allah s.w.t dengan mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Hamba yang terbuka mata hatinya akan percaya dengan yakin terhadap jaminan Allah s.w.t dan tidak melalaikan kewajibannya. Hamba ini akan melipat-gandakan kegiatan dan kerajinannya untuk bertakwa dan beramal salih tanpa mencurigai jaminan Allah s.w.t tentang rezekinya.
Hamba yang buta mata hatinya akan berbuat yang berlawanan yaitu dia tekun dan rajin di dalam mencari rezeki yang dijamin oleh Allah s.w.t tetapi dia lalei tanggungjawab yang diamanatkan oleh Allah s.w.t. Orang ini akan menggunakan daya usaha yang banyak untuk memperoleh rezeki yang bisa didapati dengan daya usaha yang sederhana, tetapi menggunakan daya usaha yang sedikit dengan harapan untuk mendapatkan sesuatu yang tidak mungkin didapati kecuali dengan daya usaha yang gigih dan perjuangan yang hebat yaitu pahala-pahala bagi amal salih.
Mata hati melihat kepada yang haq dalam keghaiban. Nafsu yang hanya cenderung dengan kebendaan yang nyata, menutupi yang haq itu dan akal mengadakan hujah untuk menguatkan keraguan yang tumbuh pada nafsu. Perkara ghaib disaksikan dengan keyakinan. Jika nafsu dan akal bersepakat mengadakan keraguan, kebenaran yang ghaib akan terhijab. Orang yang mencari kebenaran tetapi gagal menundukkan nafsu dan akalnya akan berputar-putar di tempat yang sama. Keyakinan dan keraguan senantiasa berperang dalam jiwanya.
Comments :
0 komentar to “5. MATA HATI YANG BUTA”
Posting Komentar