gambar

Blog Archives

Twitter Sufisme News

Rabu, 29 Juni 2011

6. PENGERTIAN DO'A

JANGANLAH KARENA KELAMBATAN WAKTU PEMBERIAN TUHAN KEPADA KAMU, PADAHAL KAMU TELAH BERSUNGGUH-SUNGGUH BERDOA, MEMBUAT KAMU BERPUTUS ASA, SEBAB ALLAH  MENJAMIN UNTUK MENERIMA SEMUA DOA, MENURUT APA YANG DIPILIH-NYA  UNTUK KAMU, TIDAK MENURUT  KEHENDAK KAMU, DAN PADA WAKTU YANG DITENTUKAN-NYA, TIDAK PADA WAKTU YANG KAMU TENTUKAN.

Apabila kita ingin mendapatkan sesuatu, baik masalah duniawi maupun ukhrawi, maka kita akan berusaha bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Jika usaha kita tidak mampu mendapatkannya, maka kita akan minta pertolongan dari orang yang mempunyai kuasa. Jika mereka juga tidak mampu membantu kita untuk mencapai hajat kita, maka kita akan memohon pertolongan dari Allah s.w.t,  menadah tangan ke langit sambil air mata bercucuran dan suara yang merayu-rayu menyatakan hajat kepada-Nya. Selama hajat kita belum tercapai,maka kita akan terus memohon dengan sepenuh hati. Tidak ada kesukaran bagi Allah s.w.t untuk memenuhi hajat kita. 

Sekiranya Dia mengaruniakan kepada kita semua yang ada di dalam bumi dan langit, maka pemberian-Nya itu tidak sedikit pun mengurangi kekayaan-Nya. Andaikan Allah s.w.t menahan dari memberi maka tindakan demikian tidak sedikit pun menambah kekayaan dan kemuliaan-Nya. Jadi, dalam soal memberi atau menahan tidak sedikit pun memberi kesan kepada ke-Tuhanan Allah s.w.t. Ketuhanan-Nya adalah mutlak tidak sedikit pun terikat dengan kehendak, doa dan amalan hamba-hamba-Nya.
وَيَفعَلُ اللَّهُ ما يَشاءُ  
"Dan Allah berkuasa melakukan apa yang di kehendaki-Nya" . ( Ayat 27 : Surah Ibrahim ) 
كُلٌّ لَهُ قٰنِتونَ 
 Semuanya itu tunduk di bawah kekuasaan-Nya. ( Ayat 116 : Surah al-Baqarah )
 لا يُسـَٔلُ عَمّا يَفعَلُ وَهُم يُسـَٔلونَ
Ia tidak boleh ditanya tentang apa yang Ia lakukan, sedang merekalah yang akan ditanya kelak. ( Ayat 23 : Surah al-Anbiyaa’ )
Sebahagian besar dari kita tidak sadar, bahwa kita mensyirikkan Allah s.w.t dengan doa dan amalan kita. Kita jadikan doa dan amalan sebagai penentu atau setidak-tidaknya kita menganggapnya mempunyai kuasa tawar menawar dengan Tuhan, seolah-olah kita berkata, “Wahai Tuhan! Aku sudah membuat tuntutan maka Engkau wajib memenuhinya. Aku  sudah beramal maka Engkau wajib membayar upahnya!” Siapakah yang berkedudukan sebagai Tuhan, kita atau Allah s.w.t? 

Sekiranya kita tau bahwa diri kita ini adalah hamba, maka ikhlaslah menjadi hamba dan jagalah sopan santun terhadap Tuan. Hak hamba ialah rela dengan apa saja keputusan dan pemberian Tuannya.


Doa adalah penyerahan, bukan tuntutan. Kita telah berusaha tetapi gagal. Kita telah meminta pertolongan makhluk, tetapi itu juga gagal. Tidak ada pilihan lagi kecuali menyerahkan segala urusan kepada Tuhan yang di Tangan-Nya terletak segala perkara. Serahkan kepada Allah s.w.t dan tanyalah kepada diri sendiri mengapa Tuhan menahan kita dari memperoleh apa yang kita hajatkan? Apakah tidak mungkin, apa yang kita inginkan itu bisa mendatangkan mudarat kepada diri kita sendiri, hingga lantaran itu Allah s.w.t Yang Maha Penyayang menahannya dari sampai kepada kita? Bukankah Dia Tuhan Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang lagi Maha Mengetahui.
أَلا يَعلَمُ مَن خَلَقَ وَهُوَ اللَّطيفُ الخَبيرُ
"Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?" ( Ayat 14 : Surah al-Mulk )
 عٰلِمُ الغَيبِ وَالشَّهٰدَةِ العَزيزُ الحَكيمُ
 
Dialah Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. . ( Ayat 18 : Surah at-Taghaabun )
 ما نَنسَخ مِن ءايَةٍ أَو نُنسِها نَأتِ بِخَيرٍ مِنها أَو مِثلِها ۗ أَلَم تَعلَم أَنَّ اللَّهَ عَلىٰ كُلِّ شَيءٍ قَديرٌ
Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tiadakah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu? ( Ayat 106 : Surah al-Baqarah )
Allah s.w.t Maha Halus (Maha Terperinci/Detail), Maha Mengerti dan Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Allah s.w.t yang bersifat demikian menentukan buat diri-Nya apa saja yang Dia salin, digantikannya dengan yang lebih baik atau yang sama baik. Dia berbuat demikian karena Dia tidak bersekutu dengan siapapun dan Dia Maha Berkuasa. 
 
Seseorang hamba senantiasa berhajat kepada pertolongan Tuhan. Apa yang dihajatinya disampaikannya kepada Tuhan. Semakin banyak hajatnya semakin banyak pula doa yang disampaikannya kepada Tuhan. Kadang-kadang berlaku satu permintaan  berlawanan dengan permintaan yang lain, atau satu permintaan itu menghalangi permintaan yang lain. Manusia hanya melihat pada satu doa, tetapi Allah s.w.t menerima kedatangan semua doa dari satu orang manusia itu. 

Manusia yang dikuasai oleh kalbu, jiwanya berbalik-balik dan keinginan serta hajatnya tidak menetap. Tuhan yang menguasai segala perkara tidak berubah-ubah. Manusia yang telah meminta satu kebaikan boleh meminta pula sesuatu yang tidak baik atau kurang baik. Tuhan yang menentukan yang terbaik untuk hamba-Nya tidak berubah kehendak-Nya. Dia telah menetapkan buat Diri-Nya:
قُل لِمَن ما فِى السَّمٰوٰتِ وَالأَرضِ ۖ قُل لِلَّهِ ۚ كَتَبَ عَلىٰ نَفسِهِ الرَّحمَةَ ۚ لَيَجمَعَنَّكُم إِلىٰ يَومِ القِيٰمَةِ لا رَيبَ فيهِ ۚ الَّذينَ خَسِروا أَنفُسَهُم فَهُم لا يُؤمِنونَ 
"Katakanlah: ""Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?"" Katakanlah: ""Kepunyaan Allah"". Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman."  (Ayat 12 : Surah al-An’aam )
Orang yang beriman selalu mendoakan:
  رَبَّنا ءاتِنا فِى الدُّنيا حَسَنَةً وَفِى الءاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنا عَذابَ النّارِ
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". ( Ayat 201 : Surah al-Baqarah )

Hamba yang mendapat rahmat dari Allah s.w.t, diterima doanya, dan doa tersebut menjadi induk pada segala doa-doanya. Doa yang telah diterima oleh Allah s.w.t menepis doa-doa yang lain. Jika kemudian si hamba meminta sesuatu yang mendatangkan kebaikan hanya kepada penghidupan dunia saja, tidak untuk akhirat dan tidak menyelamatkannya dari api neraka, maka doa induk itu menahan doa yang datang kemudian. Hamba itu dipelihara dari didatangi oleh sesuatu yang menggerak-kannya ke arah yang ditunjukkan oleh doa induk itu. Jika permintaannya sesuai dengan doa induk itu dia dipermudahkan mendapat apa yang dimintanya itu.

Oleh sebab itu, doa adalah penyerahan kepada Yang Maha Penyayang dan Maha Mengetahui. Menghadaplah kepada-Nya dan berserah diri kepada-Nya serta ucapkan, 
“Wahai Tuhanku Yang Maha Lemah-lembut, Maha Mengasihani, Maha Mengetahui, Maha Bijaksana! Daku adalah hamba yang bersifat tergesa-gesa, lemah dan jahil. Daku mempunyai hajat  tetapi daku tidak mengetahui dampaknya bagiku, sedangkan Engkau Maha Mengetahui. Sekiranya hajatku ini berdampak baik bagi dunia dan akhiratku dan melindungiku dari api neraka, maka karuniakan ia kepadaku pada saat yang baik bagiku menerimanya. Jika kesudahannya buruk bagi dunia dan akhiratku dan mendorongku ke neraka, maka jauhkan ia dariku dan cabutlah keinginanku terhadapnya. Sesungguhnya Engkaulah Tuhanku Yang Maha Mengerti dan Maha Berdiri Dengan Sendiri”.
وَرَبُّكَ يَخلُقُ ما يَشاءُ وَيَختارُ ۗ ما كانَ لَهُمُ الخِيَرَةُ ۚ سُبحٰنَ اللَّهِ وَتَعٰلىٰ عَمّا يُشرِكونَ 
Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia).  { Ayat 68 : Surah al-Qasas }




Silahkan Baca Juga Artikel yang Terkait:

Comments :

0 komentar to “6. PENGERTIAN DO'A”

Posting Komentar

LANGGANAN ARTIKEL

sufisme

Masukkan Email Anda dan Anda akan mendapatkan artikel terbaru dari sufisme news langsung di email Anda

 

Baner Links